'I LOVE YOU RANGGA'
By Deny Arfen Byngkara
"Erlin!!"
"Hadir pak..." sahutku.
"Hemm akhirnya aku masuk juga di ajang
Kakang Mbakyu (sejenis Abang None) ini, siapa tahu aku bisa jadi artis,
hehehe," khayalku.
"Heh Erlin, ngapain lu senyum-senyum
kayak orang gila?"
"Ah elu Net, mau tau ajah!"
jawabku sambil tetap mengisi lembar-lembar persyaratan.
Namun lagi-lagi Neti mengganggu.
"Er... Er cowok cakep!!"
"Ahh apa'an sih!! Biarin aja!!"
"Uda, liat dulu!" bujuk Neti.
Mau tak mau aku menoleh dan melihat ke arah
cowok itu. Badannya tegap, tinggi, dan memang tampan seperti yang Neti katakan.
Beberapa hari kemudian aku kembali ke PemDa
untuk tes tulis Kakang Mbakyu. Aku duduk di deret tengah, dan depanku duduk
seorang cowok, yang sepertinya aku kenal. Benar juga, itu cowok yang waktu itu.
Aku menggurutu, kenapa dia lagi, padahal dia gak punya salah, tapi gua kok
males banget deket dia.
Beberapa hari kemudian pengumuman bagi
peserta yang diterima telah di umumkan. Tercantum di sana nama 'Erlin Devi' itu namaku.
"Hore aku keterima!" teriakku
girang.
Semua peserta yang diterima besorak girang
layaknya orang yang lulus dari sekolahnya. Namun tidak bagi cowok yang
njengkelin itu, dia diterima namun raut wajahnya dingin dan biasa saja. Dan dia
bertanya padaku.
"Elu keterima ya?" tanyanya.
Ih aku ilfil banget ma kata-katanya yang
sok kota, pake
'elu' segala.
"Siapa lo, siapa gue!" jawabku
ketus dan meninggalkan ruangan.
Aku tak bisa membayangkan raut wajahnya,
pasti marah banget, hehehe.
Pada saat aku nongkrong dengan
teman-temanku, eh cowok itu duduk juga di sebelah temanku.
"Erlin, diajak kenalan tuh," kata
seorang temanku sambil menunjuk cowok itu. Cowok itu semakin tebar pesona.
"Huh, males!!" jawabku ketus.
Namun aku mencuri-curi pandang ke arahnya,
ternyata manis juga, hehe.
"Katanya gak mau, tapi kok curi-curi
pandang!" sindir Neti yang semakin membuatku salah tingkah.
Keesokan harinya semua peserta dipanggil
kembali ke PemDa untuk briefing. Di sana
diadakan pembagian kelompok. Namu yang membuatku bingung di kelompokku
tercantum nama Rangga, siapa itu aku gak kenal.
"Mbak tau yang namanya Rangga?"
tanyaku kepada seseorang temanku.
"Aku Rangga," kata seorang cowok
yang duduk di depanku, yang ternyata cowok yang sok itu.
"Owh.." jawabku sambil memasang
muka cuek, tapi sebenernya aku malu.
Dalam tim kerja kelompok ini mengajarkan
outbound dan kerja sama. Rangga sering banget membantuku, sehingga membuatku
semakin dekat dengannya.
Pada saat hidangan makan siang, semua
kelompok duduk di mejanya sendiri-sendiri. Pada saat mengambil makanan aku
bersama si Rangga.
"Harusnya pria yang mengayomi wanita,
ngambilin makanan atau apalah," celotehku.
"Kamu mau?" jawab Angga sambil
mengambilkan makanan untukku. Wah so sweet pikirku. Pada saat makanpun kami
bercanda terus, aku tantang dia untuk lomba siapa yang paling cepat selesai
makan, Seru banget.
Akhirnya para peserta yang terpilih menjadi
finalis telah diumumkan dan kami mengikuti karantina. Kami di
kumpulkan di sebuah aula, nampak Rangga
berjalan membawa dua buah koper, padahal kami semua hanya membawa satu buah.
Rangga duduk dan mengambil sebuah CD, lalu ia meminjam laptop salah seorang
peserta wanita dan menyetel CD, lalu ia memperlihatkan tayangan CD tersebut
pada peserta lain.
"Guys, ini yang bakal gue tampilin
entar di panggung, bagus kan,"
katanya dengan sombong.
"Sok banget," batinku.
Sumpah aku 'ilfil 'banget, sombongnya
nyebelin, tapi biarlah bukan urusanku.
Pembagian pasangan finalis pun dilakukan,
pembagian diurutkan dari tanggal lahir terkecil.
"3 Mei, Erlin dengan Rangga,"
kata panitia.
Aku terkejut bukan main, masak sama dia
lagi.
"Lho, lu kok tau gua 3 Mei?"
tanyanya.
"Tu tanggal lahirku juga!"
jawabku.
"Jodoh donk!" candanya.
Aku tersenyum kecut. Tapi apa boleh buat,
memang begini aturannya.
"Boleh minta nomor hape and email
gak?" tanyanya.
Mau tak mau aku beri semua yang dia minta,
dia kan
pasanganku, jadi kita harus komunikasi terus.
Karantinapun berlangsung. Kami semua menuju
kolam renang hotel untuk berenang. Namun tidak bagiku, aku tak bisa berenang,
jadi aku beralasan 'mens' untuk siapapun yang mengajakku masuk ke kolam. Namun
bodohnya aku, pada saat aku jongkok, temanku mendorongku, aku pun tercebur dan
sudah pasti aku kalang kabut seperti orang tenggelam, akhirnya Rangga menolongku
dan membawaku ke tepi kolam.
"Mangkanya kalau gak bisa renang,
jangan renang," katanya.
"Aku gak renang, aku didorong! Toh aku
sudah alasan kalo aku mens," jawabku dengan nada tinggi.
Beberapa jam kemudian kami semua menuju
kamar mandi untuk mandi dan ganti baju. Sialnya di kamar mandi wanita kerannya
pada mati. Aku dan temanku memberanikan diri menuju di lantai satu, kamar mandi
pria. Di sana
temanku mandi duluan. Dan aku menunggunya di tempak duduk panjang. Aku tiduran
di tempat duduk itu dan menghadap dinding, aku ketiduran beberapa menit. Hingga
aku mendengar suara orang membuka tas di sampingku.
"Dah selesai Yu?" kataku sambil
ku jalarkan tangan kiriku ke belakang menyentuhnya namun posisiku tetap
menghadap dinding.
"Lho, kok laen, pahanya berotot
banget," batinku. Akupun menoleh dan betapa terkejutnya aku bahwa yang ku
sentuh bukan tubuh Ayu tapi si Rangga.
"Apa'an si lu pegang-pegang paha
gue?" katanya.
"Nngg, siapa suruh berdiri di
situ!" bentakku.
"Lho ini kan tempak buat cowok! Kamu ngapain tidur di
sini?" jawabnya.
"Aku mandi dulu!" kataku sambil
meninggalkan dia.
Betapa malunya aku waktu itu.
Beberapa hari kemudian hari 'H' telah tiba.
Namun pada siang hari ku melihat Rangga kebingungan.
"Ngapain kamu?" tanyaku.
"Hapeku hilang," jawabnya lirih.
Akupun akhirnya ikut membantu mencarinya,
dia kan
pasangan untuk nanti malam, kalau dia ada apa-apa aku juga kena imbasnya.
Sekian lama mencari tak ketemu juga. Dan akhirnya kami hentikan dan kami
berdandan untuk acara nanti malam.
Selesai berdandan kami semua di belakang
panggung. Aku bertemu dengan Reka teman SMA ku, rupanya dia akan menampilkan
tarian pada saat pembukaan.
"Eka!" teriakku.
"Lin," jawabnya dengan nada
centilnya sembari menuju diriku.
Kami bergosip ria, biasa anak cewek, sampai
suatu saat dia bertanya.
"Lin, mana pasanganmu?"
"Itu," aku menunjuk Rangga.
"Rangga sini," panggilku.
"Wah mirip!" kata Eka. Memang
kata orang kalau mirip itu mungkin berjodoh.
"Apa istriku?" tanya Rangga.
"Nih temenku Eka, kenalin,"
kataku, anehnya kata 'istriku' yang diucapkannya tidak membuatku marah.
Tiba-tiba aku melihat pacarku datang,
akupun meninggalkan mereka dan menuju pacarku.
Acarapun dimulai, kami duduk di ruang
tunggu, Rangga duduk di sebelahku, tiba-tiba ia bernyanyi, "Putuskan saja
pacarmu lalu bilang i love you padaku."
Sepontan aku menoleh padanya.
"Kamu gak cocok ama dia,"
tambahnya.
Aku tersenyum saja, aku anggap seolah itu
hanya gurauannya.
Pengumuman pemenang telah diumumkan, Rangga
sebagai Kakang Tulungagung. Sedangkan aku cuma 5 besar saja. Dia tersenyum
padaku dan aku balas dengan senyuman.
Tak terasa bulan demi bulan terlampaui,
para finalis mengadakan reuni, sampai pulang larut malam. Aku kebingungan cari
angkot, namun Rangga menawarkan diri untuk mengantarku. Sejak itu aku semakin
dekat dengannya, keluargaku pun kenal dengannya.
Pada suatu hari aku dan pacarku bertengkar
abis-abisan. Aku baru mengerti kalau dia selama ini dekat dengan mantannya. Aku
memilih putus, dari pada terus dibohongin. Aku menangis sejadi-jadinya.
Suatu hari Rangga datang ke tempat kostku,
dan mengajakku jalan.
"Ayo ikut gua, kita refreshing, jangan
mikirin cowok brengsek itu." kata Rangga.
"Kamu kok tau masalahku?"
tanyaku.
"Dia ngancem aku, aku dilarang ganggu
kamu lagi," jawabnya.
Jadi selama ini cowokku ngancem Rangga,
baru tahu aku. Semenjak itu Angga selalu menghiburku. Pada suatu hari pada saat
kami jalan-jalan, kami berhenti di lampu merah. Dia berkata,"Er, aku dulu
pernah bilang aku sayang kamu, and aku gak mau digantungin gini."
Aku terdiam, lampu hijau menyala dan mobil
masih melaju. Dan akhirnya Rangga menghentikan mobil dan menatapku. Aku
menjawab pertanyaannya, "Aku juga sayang kamu, and cinta kamu."
Semenjak hari itu hubungan kami menjadi
pacaran dan semakin harmonis.
Hingga suatu hari dia harus berangkat ke jakarta untuk kuliah. Aku
berniat untuk mengantarnya keberangkatannya. Namun pada saat aku sampai di
tempat pemberangkatan bis, aku terkejut mendapati tak ada satupun bus malam
jurusan jakarta
di situ. Aku berlari sambil menangis mencari bis tersebut. Aku coba telpon
Rangga.
"Kamu di mana?" tanyaku sambil
terisak.
"Aku di bis," jawabnya.
"Aku dah di tempat bis-bis,"
kataku.
"Ya, ya aku turun," katanya.
Aku keluar menuju pintu keluar, nampak
Rangga berjalan menuju diriku. Aku langsung berlari, memeluknya dan menangis
sejadi-jadinya.
"Sudah jangan nangis toh kita masih
bisa sms, telpon and ketemuan, aku janji gak bakal selingkuh, cewek di kampusku
gak da yang bisa nandingi kamu," hiburnya.
"Iya... Hikz..." aku tetap
menangis.
Kami mengobrol untuk terakhir kali sebelum
dia berangkat ke jakarta. Akhirnya bis akan berangkat. Rangga berdiri memelukku
dan menciumku, dan berkata, " I love you, take care."
Bis pun berangkat, dan air mataku mengalir
membasahi pipiku. Aku yakin dia pasti kembali untukku. "I LOVE U
RANGGA."
Nb.
Ni gua tulis berdasarkan curhat kakak gua,
jadi ni kisah bener-bener nyata. N ni ngalami beberapa edit atas permintaan
kakakku, nama-nama gua ganti menjaga rahasia ID mereka, Mereka tetep
pacaran and makin harmonis sampe sekarang.
Moga langgeng ya Mbak!!!
And maap kalau ada yang melenceng-melenceng
dikit ya mbak!!
Namanya juga manusia pasti ada salahnya.
Ttd.
Pengarang
(Deny Arfen Byngkara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar