Entri Populer

Senin, 29 April 2013

Bhirtday, Rains and True Love (CERPEN)


Bhirtday, Rains and True Love



By Deny Arfen Byngkara.







"Jddeerrrrr....."
"Jder..."

Suara petir yang bersahut-sahutan di langit kota ini. Nampak Aby masih terdiam di dalam mobil, merenungi apa yang barusan terjadi.
Ceweknya, ah lebih tepatnya mantan ceweknya ia pergoki berdua bersama selingkuhannya, dan yang tak membuatnya habis pikir dia memutuskannya dan lebih memilih cowok berengsek itu. Dia
berkata, "Kamu gak pernah ada buat aku, selalu aja ngeband-ngeband terus, and lu lebih seneng jalan ma penggemar cewekmu!"
Ya, itu semua emang Aby lakukan selama ini, tapi Aby sayang ma dia, tapi dia bermain api di belakangnya. Mungkin beberapa hari kedepan aby sudah gak kepikiran lagi cewek itu, toh cowok gak pantes nangis gara-gara gini doank.

Ia nyalakan mobilnya lalu ia tancap gas menuju rumah. Seberapa kuatpun ia coba untuk tak
menangis namun tetap saja air matanya mengalir. Layaknya sinar matahari yang tak mampu menerangi kota karena mendung gelap ini. Ia coba bertahan. Namun tiba sesosok perempuan menyeberang dengan tiba-tiba di depan jalur mobilnya. Sontak saja ia langsung mengerem mobil. Ia lihat cewek itu terjatuh dan merintih. "Mati gue, low dia mati bisa berabe," fikirnya sambil keluar mobil dan membawa payung, agar tak basah tentunya.
"Lu gak pa-pa kan?" tanyanya.
"Low nyetir mobil pakai mata dunk, bego!"
"Heh! Harusnya tuh gua yang marah! Lu nyeberang gak liat-liat!" benta Aby.
"Pokoknya lu mesti tanggung jawab!" katanya
Tiba-tiba dia jatuh pingsan, Aby bingung kalang kabut, langsung saja ia menggendongnya dan memasukkannya ke mobil dan ia bawa ke rumah sakit terdekat.

Di rumah sakit kata dokter lukanya tak serius cuma goresan doank. Untunglah akhirnya dia siuman.
"Rumahmu mana? Gua anterin lu pulang" tanya Aby.
"Aku... Gak punya rumah," jawabnya ketus.
"Lu gak sah bercanda deh!" geram Aby.
"Low gak percaya yaudah! Trims!"
bentaknya sambil berjalan keluar klinik walau tertatih-tatih.
Dasar orang ini gak tau terima kasih, udahlah gua mau pulang, pikir Aby.
Di perjalanan Aby melihat cewek itu berteduh di halte, kasihan juga. Aby menghentikan mobil dan keluar menghampirinya.
"Lu tinggal di rumahku mau?" tawarnya.
"Pasti lu entar merkosa aku?" jawabnya.
"Gila loe! Gua gak sebejat itu kali! Udah kamu sementara tidur di rumahku ajah." katanya sambil menarik tangan cewek itu dan mengajaknya masuk mobil.


Sesampai di rumah Aby memberikan baju
kakaknya untuk ganti bajunya yang basah, dan menunjukkan kamar tamu untuknya tidur.
"Tuh foto keluargamu ya?" tanyanya sambil menunjuk ke arah foto di ruang keluarga.
"Ya, ortuku pergi ke Surabaya untuk ngehadiri wisuda kakakku."
"Owhhh, kamu dah makan lum?" tanyanya lagi.
"Lum, napa mang?"
"Dapurnya mana? Gua masakin deh, sebagai gantinya gue tinggal di sini."
"Yawdah terserah lu, dapurnya lu lurus ajah kesana."
"Yawda, da..."
Ia meninggalkan Aby. Cantik juga nih cewek semuanya plus pikir Aby. Tapi aby buang pikiran itu jauh-jauh, karena ia masih benci kalau mikir tentang cewek, baginya cewek sama aja, gampang nyakitin.


Keesokan harinya Aby mendapatkan kalau cewek itu sudah tak ada di rumah, di kamar, dapur, di mana-mana tak ada. Aby pun geram.
"Cewek sialan bener-bener gak tau terima kasih banget."
Tiba pintu depan terbuka, ternyata cewek itu datang, nampaknya baru shoping karena nampak bawaan yang banyak.
"Lu dari mana?" tanya Aby.
"Shoping, q gak enak bangunin elo."
"Tapi kan bisa ku anterin, entar kakimu tambah parah tauk!"
"Iya-iya maap, maap ya," rengeknya manja.
"Ya."
"Senyum dunk!"
Aby pun tersenyum walau masih nampak guratan kesal disenyumnya.
"Tunggu, dari kemarin aku lum tau namamu," kata Aby.
"Iya ya, namaku Eta, kamu?"
"Aku Aby, kamu gak punya rumah, maksudnya gimana?" tambah Aby.
"Aku dari desa, di kota aku mah mau tau rumah tante, tapi gak tau rumahnya, hehehe," Eta menjelaskan semua dengan tawa manjanya.
"Owh gitu? Low gitu besok kita cari alamat tante loe ya, Ta."
"Nggg... Iy... Iya." jawab Eta tergagap.
"Napa loe?" tanya Aby.
"Gak apa-apa, eh loe mau makan apah?"
"Terserah loe ajalah."
"Oks deh, dah."

Aby merasa ada yang aneh tiap disinggung soal keluarga Eta tergagap. Tapi Aby tak mau ambil pusing, dia masih terlarut dalam kesedihannya sendiri.

Pada saat malam hari Aby tak bisa tidur, dia duduk termenung di beranda rumah dan menatapi langit mendung malam itu. Sudah pasti dia merenungi cintanya.
"Lu gak tidur By?" suara Eta memecah lamunan Aby.
"Gua gak bisa tidur Ta."
"Gara-gara cewek?" Eta mencoba menebak.
"Hmmm," jawab Aby lesu.
Aby pun menceritakan semua yang ia alami.
"Udah, lu kan cowok, masa gini ajah drop! Semangat dunk." hibur Eta.
"Tapi..."
"Udah, ayo senyum!"
Eta pun bangkit dari duduknya dan menari layaknya orang mesir di depan Aby, dan memasang wajah-wajah lucunya.
"Hahahahaha." Aby tertawa terpingkal-pingkal.
Malam ini mereka lalui canda tawa hingga mereka terserang rasa kantuk, dan akhirnya mereka berpamitan untuk tidur kembali.


Keesokan harinya.

"Sekarang kita kemana dulu?" tanya Aby.
"Nggg, makan aja dulu yuk?"
"Katanya mau cari rumah sodara loe?"
"Nggg, alamatnya ketinggalan By, sory."
"Yah terlanjur udah jaoh dari rumah, yawda deh kita jalan-jalan ajah."

Di mall yang mereka kunjungi tanpa sadar mereka berpapasan dengan Lia dan gengnya di sana.
"Owh, ini dia By cewek baru loe? Standart banget." ejek Lia dibarengi tawa gengnya.
"Apa'an sie loe! Resek banget!" bentak Aby.
"Owh ini perek yang loe ceritain By?" tambah Eta, yang membuat situasi makin panas.
"Apa loe bilang!!" kata Lia sambil berusaha menampar si Eta, namun dihalangi oleh Aby yang akhirnya mengenai pipinya.
"Puas lho! Puas!" bentak Aby.
Lia dan gengnya pun meninggalkan mereka. Merekapun jadi tontonan para pengunjung mall.
"By kita pulang yuk, disini suasananya gak enak." ajak si Eta.


Mereka menuju taman kota. Di sana Eta mencoba untuk mengobati memar pipi si Aby.
"Aww, hemm gak pa-pa ko Ta, maafin Lia ya?"
"Dia aneh ya By, dah punya cowog masih aja ngeresekin loe."
"Mungkin dia dendam karena kurang perhatian waktu pacaran ama gua."
"Tapi gak segitunya kali, kayaknya dia mau ngancurin semua cewek yang deketin elo ya, by the way haus gak? Ku beliin minum ya?"

Eta pun bangkit dan menuju seberang jalan. Namun dari arah samping nampak mobil yang melaju kencang, Aby menyadari itu. Aby pun berlari dan memeluk Eta untuk menghindari hantaman mobil itu. Namun lengan sikut Aby menghantam spion mobil tersebut. Mobil itu melarikan diri. Mereka terjatuh, namun Aby merasa mengenal mobil tersebut, tapi fikirannya terpecah karena luka goresan di sikutnya.


"Braaaaakkk..."
Khas suara pintu rumah di buka secara terburu-buru.

"By, lu rebahan dulu ya, ku ambilin obat merah dulu." perintah Eta pada Aby, sembari menyelusuri rumah Aby untuk mencari kotak P3K.
"Akhirnya ketemu.." kata Eta sambil berjalan memuju Aby.
Dengan sabar Eta mengobati luka Aby. Sudah hal biasa bila orang terluka ia akan mengalami demam karena shock.
"By, lu demam," kata Eta khawatir.
"Ngg, ngg..." Aby hanya dapat menggigau.
"Ku ambil kompresan dulu ya, entar."

Sehari semalam Eta merawat Aby. Hingga pagi menjelang.

"Hmmm," Aby terbangun, dan betapa kagetnya ia mendapati Eta tertidur di tempat duduk sebelah tempat tidurnya.
"Busyet, gua gak ngapa-ngapain kan!" dalam hati Aby bertanya-tanya.
"Oh, dah bangun By?" tanya Eta yang memecah lamunan Aby.
"Ngg, udah."
"Semalem lu demam gara-gara kecelakaan kemarin." terang Eta.
"Jadi elo semaleman ngerawat gua?"
"Hmm."
"Makasie yah..."
"Udahlah, sekarang gua mau nyiapin makanan dulu ya," kata Eta sembari keluar kamar.

Di dapur Eta tak sengaja memungut KTP Aby yang tergeletak di lantai.
"Gile ni cowok teledor banget, kena razia KTP baru tau rasa dia," celoteh Eta.
Waktu memungutnya dan tak sengaja ia membaca tanggal lahir Aby,
"20 september, tuh kan besok! Hemm gua masak yang enak ah, pokoknya gua buat surprise buat dia."


Keesokan harinya.
"Eta, gua kuliah dulu ya!" pamit Aby.
"Hemmm, waktunya beraksi nih!" kata Eta dalam hati.

Sementara itu di kampus Aby.

"Aby, aby happy bhirtday ya!" ucap Lia sambil mencoba mengecup pipi Aby, namun Aby mengelak.
"Pa'an sih! Mentang-mentang lu da putus, lu mau balikan lagi ma gua!" bentak Aby.
"Lu napa sie? Owh pasti gara-gara perek yang numpang di rumah lu tu kan! Asal loe tau, sebenernya dia anak orang kaya se kota ini tauk!" Lia mencoba menjelaskan semuanya.
"Maksud loe? Gua gak ngerti yang lu omongin!"
"Nih!" bentak Lia sambil melempar sebuah koran pada Aby.
Di koran tertulis, "Pengusaha kaya mewariskan usahanya ke sang putri" di mana tampak foto ayah Eta yang di sampingnya berdiri Eta. Tanpa pikir panjang Aby langsung menuju rumah.


Di rumah Aby langsung menuju tergesa-gesa dengan amarah yang memuncak.
"Selamat..." Eta mencoba menyapa.
"Diam! Lu bener-bener jahat ya!! Pembohong!!" potong Aby.
"Maksudmu apa si By?" Eta kebingungan.
"Nieh!" Aby melempar koran tadi.
"By, By, gua bisa ngejelasin semua ma loe," Eta menangis.
"Apa lagi!! Padahal selama ini gua sayang ma loe, gua pengen loe jadi cewek gua, tapi loe pembohong!!"
"Gua bisa ngejelasin!" Eta merengek.
"Gak da yang dijelasin, sekarang lue pulang aja ke rumah orang tua loe yang kaya itu!!"
"By..." rengek Eta.
"Pergi lu pembohong!! Gua muak ma loe!!"

Eta pun berlari keluar dari rumah Aby dan entah pergi kemana. Yang mana keadaan waktu itu hujan deras yang mengguyur kota ini, dan mendung yang menyelimuti membuat suasana gelap.



Sementara itu Aby pun merenungi apa yang baru terjadi. Dia menuju dapur dan dia melihat semua yang disiapkan Eta, masakan-masakan lezat dan sebuah kado. Aby membuka kado, rupanya isinya sepasang sepatu, dan secarik kertas yang bertuliskan HAPPY BHIRTDAY ABY. Semakin membuat hati Aby hancur. Aby menuju kamarnya dan terhenti di depan kamar yang biasanya di tempati Eta. Ia memasuki kamar itu dan duduk merenung mengenang semua kenangan saat bersama Eta. Tak sengaja ia menemukan buku harian di meja dan memungutnya, rupanya milik Eta. Terbongkar semua alasan mengapa Eta keluar dari rumahnya, ternyata ia disuruh meneruskan semua usaha ayahnya, ia gak siap sama sekali. Dan di halaman terakhir Eta menulis. "Baru kali ini aku nemuin cowok yang gua idamin, Aby namanya. Gak seperti cowok-cowokku dulu yang gak dewasa, pokoknya gua cinta ma Aby."

"Gua juga cinta loe Ta.."
Aby semakin merasa bersalah, Aby pun langsung keluar mencari Eta, dimanapun ujung kota yang pernah mereka kunjungi tak nampak Eta sama sekali. Aby teringat akan satu tempat.
"Oh ya! Taman kota!" teriaknya.

Di taman kota Aby berlari kesana kemari di bawah derasnya hujan. Nampak sosok gadis duduk terdiam.
"Eta!! Gua cinta loe!" Aby berteriak.
"Aby?" Eta menoleh, lalu berlari ke Aby.
Mereka berdua berpelukan di bawah derasnya hujan.
"Eta, maafin gua, and jangan tinggalin gua," pinta Aby.
"Iya... By, lu juga jangan tinggalin gua," jawab Eta.

"Ehem..." dehem seorang bapak-bapak di bawah payungnya.
"Papa!" kata Eta terkejut.
"Hah?" Aby hanya bengong.
"Maafin Eta ya pa!"
"Papa yang minta maap, papa sadar, papa tidak akan memaksa kamu lagi dan memberi kebebasan buat kamu nak, papa sudah tau semuanya, makasih ya nak dah menjaga Eta." kata ayah Eta.
"Iya om," jawab Aby sopan.
"Papa kok tau Eta di rumah Aby?"
"Kan ada orang suruhan papa, yang ngawasi kamu, nag buat nag Aby, jagain Eta ya."
"Iya om..."
"Pap, jadi Eta boleh pacaran?" tanya Eta.
"Boleh..." jawab ayah Eta sambil tersenyum.
"Asyik, gak perlu diem-diem pacaran kayak dulu dunk," pekik Eta.
"Apa! Jadi dulu diem-diem pacaran! Nakal kamu ya! Hahahahaha" gurau ayah Eta yang berlagak marah namun terdapat raut gembira di wajahnya.
Mereka tertawa gembira.
"Dah yuk pulang, entar sakit," kata ayah Eta.

Mereka bertiga berjalan penuh keceriaan dan canda tawa.




End.


By Deny Arfen Byngkara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar